Gambar: Dok/Kemendag

Mendag Zulkifli Menghadiri Seminar Nasional Serta Pameran Rantai Pasok Konstruksi Baja

Kamis, 11 Jul 2024

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyatakan bahwa industri besi dan baja Indonesia menempati peringkat ke-4 dunia. Pada 2023, nilai ekspor besi baja mencapai USD 26,70 miliar, meningkat 261,49 persen dari tahun 2019 yang hanya sebesar USD 7,39 miliar. Penegasan tersebut disampaikan oleh Mendag Zulkifli Hasan dalam Seminar Nasional dan Pameran Rantai Pasok Konstruksi Baja, serta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III Indonesian Society of Steel Construction (ISSC) di Jakarta, pada Rabu, (10/7). Tema seminar ISSC tahun ini adalah "Menjadikan Konstruksi Baja Tuan Rumah di Negeri Sendiri".

Mendag Zulkilfli Hasan menyatakan bahwa industri dan ekspor besi dan baja Indonesia telah berkembang pesat dalam lima tahun terakhir (2019—2023). Saat ini, Indonesia menempati peringkat ke-4 sebagai negara pengekspor besi dan baja dunia, naik dari peringkat ke-17 pada 2019.

Pada tahun 2023, nilai ekspor besi dan baja Indonesia mencapai USD 26,70 miliar, meningkat 261,49 persen dari tahun 2019 yang sebesar USD 7,39 miliar. Sementara nilai impor besi baja pada tahun 2023 sebesar USD 11,38 miliar, sehingga neraca perdagangan besi dan baja Indonesia pada tahun 2023 mencatatkan surplus USD 15,32 miliar.

Menurutnya, konsumsi baja nasional diperkirakan mencapai 18,3 juta ton atau tumbuh sebesar 5,2 persen pada tahun 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh berbagai kondisi yang menjadi pendorong permintaan baja.

Indonesia sedang gencar mengembangkan infrastruktur dan mendorong industri manufaktur, seperti pembangunan IKN, pembangunan infrastruktur, dan pengembangan industri otomotif. Terdapat 41 proyek prioritas strategis nasional yang ditargetkan selesai tahun 2024,” ungkap Mendag Zulkifli Hasan.

Kemendag melalui berbagai strategi dan kebijakan berkomitmen untuk terus mendukung peningkatan ekspor nasional. Upaya ini di antaranya melalui pembukaan akses pasar luar negeri sebagai ‘toll way’, yaitu perjanjian perdagangan Free Trade Agreement (FTA), Preferential Trade Agreement (PTA), dan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Kanada dan Uni Eropa, serta memperluas pasar nontradisional.

Di sisi lain, Kemendag terus berupaya melindungi dan mendorong industri baja dalam negeri. Beberapa di antaranya dengan melakukan pembatasan impor untuk produk besi baja tertentu, mendorong kegiatan ekspor yang bernilai tambah melalui hilirisasi produk besi baja, dan melakukan pengawasan impor besi baja sebagai upaya untuk memastikan barang yang beredar sudah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan,” terang Mendag Zulkifli Hasan.

Mendag Zulkifli Hasan juga menyampaikan, industri besi baja Indonesia masih dihadapkan restriksi perdagangan dari negara lain. Beberapa di antaranya seperti pengenaan trade remedies dan kebijakan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM).

Namun, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk mengatasi berbagai hambatan perdagangan tersebut. Salah satunya, dengan melakukan kegiatan pelepasan ekspor produk baja berteknologi tinggi sebanyak 160 ton senilai USD 195 ribu ke negara tujuan Australia, Kanada, dan Puerto Rico pada Jumat, (21/6) yang lalu.

Kolaborasi merupakan kunci. Harapannya adalah agar kita terus bekerja sama dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Di tengah perlambatan ekonomi global, jika kita cerdas, terdapat peluang. Meskipun terjadi polarisasi, produk Indonesia masih tetap diminati di pasar internasional," tambah Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.

Setelah memberikan pidato kunci, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melakukan peninjauan terhadap sejumlah stan pameran perusahaan baja Indonesia. Beberapa di antaranya adalah stan PT Krakatau Baja Konstruksi, PT Kencana Maju Bersama, Zinium, PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk, PT Artha Mas Graha Andalan, PT Reka Solusi Arthagraha, serta PT Garuda Yamato Steel.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Komentar