Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi 12 kebutuhan mendesak yang harus segera dipenuhi untuk para korban gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,7 di Myanmar.
Prof. Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur Penyakit Menular WHO untuk Asia Tenggara, menyatakan bahwa daftar ini berfungsi sebagai panduan penting dalam upaya bantuan kemanusiaan untuk mempercepat proses pemulihan di daerah yang terdampak.
"WHO telah mengidentifikasi 12 kebutuhan kritis yang diperlukan Myanmar saat ini, yang dapat kita gunakan sebagai acuan dalam memberikan bantuan," ujarnya dalam pernyataan di Jakarta, pada hari Kamis.
Di antara kebutuhan mendesak tersebut terdapat manajemen penanganan korban massal, perawatan trauma dan pembedahan, serta peralatan transfusi darah. Selain itu, Myanmar juga memerlukan kantung jenazah, peralatan anestesi, obat-obatan esensial, dan tenda darurat untuk tempat pengungsian.
Tidak hanya aspek medis, WHO juga menekankan pentingnya alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan, analisis kerusakan fasilitas kesehatan, serta akses terhadap air bersih dan sanitasi untuk mencegah penyebaran penyakit. Surveilans dan respons cepat terhadap wabah penyakit menular juga menjadi fokus utama.
Di sisi lain, Tjandra menambahkan bahwa dukungan kesehatan mental dan psikososial sangat diperlukan bagi korban yang mengalami trauma setelah bencana.
Tjandra juga menginformasikan bahwa dalam 24 jam pertama setelah gempa, WHO Asia Tenggara telah mengirimkan hampir 3 ton perlengkapan kesehatan ke daerah yang paling terdampak, yaitu Kota Naypyidaw dan Mandalay.
Ini mencakup peralatan medis, paket pertolongan pertama, tenda kesehatan, dan lain-lain, ungkapnya.
Hingga saat ini, WHO telah mengalokasikan dukungan dana sebesar 5 juta dolar Amerika Serikat dari total kebutuhan bantuan yang diperkirakan mencapai sekitar 8 juta dolar AS dalam waktu 30 hari ke depan.
WHO secara berkala menerbitkan laporan situasi, sehingga masyarakat dapat memantau perkembangan kondisi pascagempa di Myanmar secara berkala.
"Sampai saat ini, sudah ada tiga laporan situasi yang diterbitkan, yaitu pada tanggal 29 Maret, 30 Maret, dan 1 April. Ini menunjukkan komitmen nyata WHO Asia Tenggara di lapangan untuk mendukung negara-negara anggotanya," tambahnya.
Menurut data dari Kementerian Luar Negeri Indonesia, jumlah korban di Myanmar hingga hari ini mencapai 2.886 jiwa, 4.639 orang terluka, dan sekitar 300 orang dinyatakan hilang.
Berdasarkan pemantauan dan laporan dari Kedutaan Besar RI di Myanmar, hingga saat ini belum ada laporan mengenai korban di kalangan Warga Negara Indonesia (WNI).
Berita Terkait
404
404