Dok/Bappenas

Workshop Inisiatif Bioekonomi Indonesia: Mendorong Pengembangan Bioekonomi Yang Berkelanjutan Di Masa Depan

Rabu, 04 Des 2024

Sebagai langkah untuk mewujudkan ekonomi yang berlandaskan sumber daya hayati secara inklusif dan berkelanjutan, Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian PPN/Bappenas, berkolaborasi dengan USAID SEGAR, Kadin Regenerative Forestry Business Hub (Kadin RFBH), Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, serta Koalisi Ekonomi Membumi (KEM), telah menyelenggarakan Workshop Inisiatif Bioekonomi Indonesia di Hotel Ayana Midplaza, Jakarta.

Acara ini menjadi momen krusial untuk memperdalam pemahaman mengenai konsep bioekonomi, menjalin komunikasi antara pemangku kepentingan dari berbagai sektor, serta melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) untuk proyek percontohan bioekonomi di sektor kehutanan melalui praktik Multi Usaha Kehutanan.

Bioekonomi sebagai solusi untuk masa depan yang berkelanjutan

Dalam beberapa tahun terakhir, konsep bioekonomi semakin sering dibahas sebagai salah satu strategi menuju pembangunan yang berkelanjutan dan transisi menuju ekonomi rendah karbon. Dengan kekayaan biodiversitas yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam bidang bioekonomi.

Secara umum, bioekonomi dipahami sebagai suatu sistem ekonomi yang memanfaatkan sumber daya hayati secara berkelanjutan untuk menghasilkan produk dan layanan yang dapat menggantikan bahan baku yang berasal dari fosil.

Salah satu hal penting yang perlu dicatat dari berbagai negara yang telah menerapkan model ini adalah perlunya memastikan bahwa pemanfaatan sumber daya dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial, terutama dalam melibatkan masyarakat lokal serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.

Bioekonomi memiliki potensi yang signifikan sebagai salah satu pilar dalam transformasi ekonomi menuju visi Indonesia Emas 2045. Dengan 62% dari wilayah daratan Indonesia merupakan hutan, sektor kehutanan menjadi salah satu sektor strategis dalam pengembangan ekonomi berbasis sumber daya hayati yang berkelanjutan. Kebijakan Multi Usaha Kehutanan hadir sebagai inovasi kebijakan yang mendukung semangat transformasi ekonomi di Indonesia.

Namun, hingga saat ini, belum ada definisi tunggal mengenai bioekonomi yang diakui secara internasional, termasuk di Indonesia. Dr. Vivi Yulaswati, MSc, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas, menjelaskan bahwa ketiadaan kerangka yang jelas dan panduan praktis mengenai bioekonomi yang dapat diadopsi oleh para pemangku kepentingan menimbulkan berbagai tantangan dalam pengelolaannya. Tantangan tersebut meliputi kurangnya pemahaman kolektif, pemanfaatan potensi sumber daya alam yang belum optimal, serta lemahnya sinergi antar sektor terkait.

Oleh karena itu, diperlukan inisiatif untuk merumuskan konsep dan prinsip bioekonomi yang dapat diterapkan di tingkat nasional. Inisiatif ini tidak hanya mencakup pengembangan kerangka konseptual yang jelas dan disepakati, tetapi juga penerapan praktis di berbagai sektor. Acara Indonesia Bioeconomy Initiative Workshop merupakan langkah awal dalam menyusun kerangka bioekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai Indonesia. Konsep bioekonomi dirumuskan dengan mempertimbangkan kekayaan lokal yang terintegrasi dari hulu hingga hilir dan dikelola dengan bijaksana, seperti yang dijelaskan oleh Vivi.

Dukungan antar sektor  

Sebagai bentuk komitmen pemerintah, konsep bioekonomi telah dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045 serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029. Namun, transformasi menuju bioekonomi ini tidak dapat dilakukan secara mandiri oleh pemerintah. Plt. Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian PPN/Bappenas, Ir. Medrilzam, M.Prof. Econ, Ph.D, menekankan pentingnya kolaborasi antar berbagai aktor sebagai elemen kunci dalam mempercepat pelaksanaan bioekonomi di Indonesia.

“Pemerintah berfungsi untuk memberikan arahan kebijakan, sektor swasta berperan sebagai penggerak inovasi, akademisi menyediakan pengetahuan, dan masyarakat adat melestarikan kearifan lokal yang menjadi landasan keberlanjutan. Dalam konteks ini, saya menghargai kehadiran kementerian terkait, pelaku usaha, perwakilan akademisi, lembaga internasional, organisasi non-profit, dan organisasi masyarakat sipil yang turut mendukung inisiatif ini. Diharapkan, kita dapat mengumpulkan lebih banyak masukan di masa mendatang,” ujarnya.

Menurut Medrilzam, kolaborasi lintas sektor yang solid akan menjadi kunci dalam membangun ekosistem bioekonomi yang terintegrasi, mulai dari penyediaan bahan baku hingga proses hilirisasi produk.

Pernyataan ini diperkuat oleh Amanda McLoughlin, UK Minister Counsellor Development for Indonesia, ASEAN, and Timor-Leste, yang menyatakan bahwa Pemerintah Inggris merasa bangga dapat mendukung Indonesia dalam mengembangkan potensi bioekonominya melalui kolaborasi dengan Bappenas dan Kadin Regenerative Forestry Business Hub (RFBH).

“Ini merupakan langkah penting untuk melindungi keanekaragaman hayati, mengatasi perubahan iklim, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Komitmen kuat kami untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam agenda iklim juga tercermin dalam Kemitraan Strategis yang baru dan lebih mendalam antara Inggris dan Indonesia, yang disepakati oleh Perdana Menteri Keir Starmer dan Presiden Prabowo Subianto pada November 2024 di London, saat kami merayakan 75 tahun hubungan diplomatik.”

Workshop sebagai wadah kolaborasi

Workshop Inisiatif Bioekonomi Indonesia berfungsi sebagai platform kolaborasi strategis yang mempertemukan berbagai pemangku kepentingan untuk mendiskusikan langkah-langkah konkret dalam pengembangan bioekonomi nasional. Acara ini menyajikan sesi diskusi panel yang melibatkan perwakilan dari kementerian, pelaku usaha di sektor hulu dan hilir, akademisi, serta institusi keuangan, yang membahas peluang, tantangan, dan strategi untuk merumuskan peta jalan bioekonomi di Indonesia.

Kegiatan ini juga mencakup dialog meja bundar yang mempertemukan pemerintah pusat dan daerah, pengusaha, perwakilan asosiasi, serta organisasi masyarakat sipil (CSO), dengan tujuan merumuskan rekomendasi kebijakan dan langkah-langkah konkret yang dapat mendukung pengembangan bioekonomi di masa mendatang.

Selain diskusi panel, acara ini juga memberikan penghargaan kepada perusahaan-perusahaan yang telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dalam kegiatan Multi Usaha Kehutanan sebagai proyek percontohan bioekonomi.

Para pelaku usaha yang terlibat adalah perusahaan-perusahaan yang berkomitmen pada penerapan bisnis berbasis sumber daya hayati yang berkelanjutan, seperti Perum Perhutani, PT Mahorahora Bumi Nusantara, Indika Nature, dan PT Paragon Technology & Innovation.

Workshop Inisiatif Bioekonomi Indonesia tidak hanya bertujuan untuk membahas langkah-langkah strategis dalam pengembangan ekonomi, tetapi juga untuk menampung masukan dari berbagai pemangku kepentingan mengenai konsep dan implementasi bioekonomi di Indonesia.

Lebih lanjut, melalui kanal Knowledge Hub Bioekonomi yang diinisiasi oleh Bappenas bersama Koalisi Ekonomi Membumi (KEM), kanal ini menyediakan ruang bagi semua pihak untuk berbagi pengetahuan, memperkaya pemahaman, dan memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam mengembangkan serta mewujudkan ekosistem bioekonomi yang bertanggung jawab, inklusif, dan berkelanjutan.

Ketua Dewan Pengurus Koalisi Ekonomi Membumi, Gita Syahrani, mengungkapkan bahwa Knowledge Hub merupakan langkah awal untuk menciptakan sinergi antar sektor dalam bidang Bioekonomi. "Kami berharap platform ini dapat menjadi sumbangsih dari koalisi kami dalam pengembangan bioekonomi nasional yang dikelola dengan bijaksana.

Anggota KEM meyakini bahwa konsep ekonomi baru ini dapat memperkuat konektivitas antara pelaku usaha, daerah, dan masyarakat melalui rantai nilai berbagai komoditas sumber daya hayati yang berkelanjutan di Indonesia," jelas Gita.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Komentar