Dok/PT Brantas Abipraya

Inovasi Brantas Abipraya, Pengembangan Budidaya Maggot BSF, Solusi Pengelolaan Sampah Dan Ekonomi Berkelanjutan

Jumat, 29 Nov 2024

Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Brantas Abipraya (Persero), yang dikenal dengan nama “Brantas Cermat” atau Cerdas Mengelola Sampah Terpadu, merupakan sebuah inisiatif inovatif dalam pengelolaan sampah yang menekankan penerapan ekonomi sirkuler. Program ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi juga untuk memberdayakan masyarakat dengan memberikan keterampilan dan peluang ekonomi baru melalui pengelolaan sampah.

Salah satu elemen kunci dalam program ini adalah pelatihan budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) dan pembuatan eco enzyme. Kedua aktivitas ini memberikan dampak yang signifikan dalam pengolahan sampah organik secara produktif dan ramah lingkungan.

“Budidaya maggot BSF menjadi salah satu strategi utama dalam pengelolaan sampah organik yang diusung oleh Brantas Cermat. Maggot BSF adalah larva dari lalat tentara hitam, yang dikenal sebagai pengurai organik yang sangat efisien. Melalui program pelatihan yang diikuti oleh para pengurus bank sampah binaan Brantas Abipraya, peserta diajarkan cara memanfaatkan limbah organik rumah tangga untuk membesarkan maggot,” jelas Tumpang Muhammad, Direktur SDM dan Umum Brantas Abipraya.

Ia menambahkan bahwa proses ini mencakup pemberian pakan kepada larva, pemeliharaan, hingga panen maggot yang siap digunakan atau dipasarkan. Salah satu keuntungan utama dari budidaya maggot BSF adalah kemampuannya untuk mengurangi volume sampah organik dengan cepat, sehingga dapat membantu mengurangi beban TPA. Maggot yang dihasilkan juga memiliki kandungan protein tinggi, menjadikannya sumber pakan alternatif yang sangat baik untuk ikan dan ternak.

Hasil dari budidaya maggot BSF tidak hanya memberikan manfaat ekologis, tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang signifikan. Produk yang dihasilkan, seperti maggot kering dan kasgot (kotoran maggot), dapat dipasarkan sebagai bahan baku pakan ternak atau pupuk organik untuk tanaman.

Dengan demikian, program ini menciptakan peluang usaha yang berorientasi lingkungan bagi masyarakat yang terlibat. Peserta pelatihan memperoleh keterampilan praktis yang dapat diterapkan di tingkat rumah tangga maupun komunitas, sehingga mendukung pengembangan model pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Selain pelatihan budidaya maggot, program Brantas Cermat juga menawarkan pelatihan pembuatan eco enzyme. Eco enzyme adalah cairan fermentasi yang dihasilkan dari limbah organik seperti kulit buah dan sayuran, molase, serta air. Proses pembuatannya cukup sederhana dan memerlukan waktu fermentasi sekitar tiga bulan. Meskipun tampak mudah, manfaat eco enzyme sangat luas. Cairan ini dapat digunakan sebagai pembersih serbaguna, pupuk alami untuk tanaman, serta pengusir hama yang ramah lingkungan. Dalam pelatihan ini, peserta diajarkan langkah-langkah rinci untuk memproduksi eco enzyme, sehingga mereka dapat mengubah limbah organik menjadi produk yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomi.

Keberhasilan pelatihan ini tidak hanya diukur dari jumlah peserta yang mampu menerapkan keterampilan tersebut, tetapi juga dari dampak langsung terhadap pengurangan limbah organik. Limbah organik yang diolah melalui budidaya maggot dan pembuatan eco enzyme secara langsung mengurangi volume sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Selain itu, keterampilan ini juga memberikan penghematan biaya rumah tangga, misalnya dengan memanfaatkan eco enzyme sebagai alternatif produk pembersih kimia komersial.

Program Brantas Cermat ini juga mencerminkan komitmen Brantas Abipraya terhadap keberlanjutan lingkungan, sejalan dengan penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Melalui pendekatan ini, Brantas Abipraya berupaya untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.

Dengan mendirikan bank sampah yang terkelola dan memberikan pelatihan intensif, Brantas Cermat berupaya mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah. Sampah tidak lagi dianggap sebagai limbah yang harus dibuang, melainkan sebagai sumber daya yang memiliki nilai guna dan nilai ekonomi.

Di tengah meningkatnya volume sampah di kota-kota besar seperti Jakarta, inisiatif seperti Brantas Cermat menjadi sangat penting. Data dari Badan Pusat Statistik DKI Jakarta menunjukkan bahwa total volume sampah yang dihasilkan setiap hari mencapai lebih dari 7.000 ton, dengan sebagian besar merupakan sampah organik. Program-program semacam ini berkontribusi dalam mengurangi beban pada sistem pengelolaan sampah kota dengan mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam memilah dan mendaur ulang sampah mereka sendiri.

"Dengan berbagai manfaat ekologis, sosial, dan ekonomis yang dihasilkan, program pelatihan budidaya maggot BSF dan pembuatan eco enzyme dari Brantas Cermat merupakan langkah maju dalam menciptakan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Program ini tidak hanya menawarkan solusi terhadap masalah sampah, tetapi juga memberdayakan masyarakat untuk menjadi bagian dari solusi lingkungan sekaligus meningkatkan kualitas hidup mereka melalui peluang ekonomi baru. Melalui inisiatif ini, Brantas Abipraya berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan lingkungan, sehingga dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan masyarakat dan penciptaan nilai tambah dari limbah yang selama ini sering diabaikan," ungkap Tumpang Muhammad, Direktur SDM dan Umum Brantas Abipraya.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Komentar