Gambar: ANTARA/Michael Siahaan

Mengenal Lebih Dekat Maria Vitasari, Sosok Baru Yang Menjanjikan Di Kancah Para-atletik Nasional

Selasa, 08 Okt 2024

Di cabang olahraga para-atletik pada Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2024 di Solo, atlet muda asal Jawa Tengah, Maria Magdalena Vitasari, berhasil menarik perhatian banyak orang.

Di usia yang baru 15 tahun, Vitasari berhasil meraih medali emas dalam nomor lari 100 meter T37-38 putri dengan catatan waktu 15,72 detik. Klasifikasi T37-38 diperuntukkan bagi atlet yang mengalami cerebral palsy dengan gejala ringan hingga sedang.

Di Indonesia, nomor 100 meter T37-38 sering menjadi sorotan, terutama karena di kategori putranya terdapat atlet terkenal asal Purwokerto, Sapto Yogo Purnomo, yang telah mengukir prestasi di tingkat internasional.

Sapto Yogo adalah peraih medali perunggu pada Paralimpiade 2020 dan medali perak di Paralimpiade 2024 untuk nomor lari 100 meter T37 putra. Ia juga telah mengumpulkan lima medali emas di Asian Games, enam medali emas di ASEAN Para Games, serta satu medali emas di Kejuaraan Dunia Penyandang Disabilitas tahun 2023.

Dengan kehadiran Vitasari di Peparnas 2024, Indonesia memiliki harapan untuk melahirkan atlet berprestasi di sektor putri, mirip dengan Sapto.

Meskipun mengalami kekakuan di bagian tangan dan leher, Vitasari menunjukkan kemampuan berlari yang cepat dan bersinar di usia yang sangat muda.

Sebelum meraih prestasi tertinggi di Peparnas 2024, Vitasari telah berhasil mengamankan medali emas pada Pekan Paralimpik Pelajar Nasional (Peparpenas) 2023 yang berlangsung di Palembang, Sumatera Selatan pada bulan Agustus 2023, serta meraih tiga medali emas di Pekan Paralimpiade Provinsi pada bulan September 2023.

Pada bulan Mei 2023, remaja perempuan yang lahir di Surakarta ini juga berhasil mendapatkan medali emas di Pekan Paralimpik Pelajar Daerah (Peparpeda) 2023 yang diadakan di Solo.

Jika kita menelusuri kembali ke bulan Oktober 2022, Vitasari telah meraih satu medali emas di Kejuaraan Provinsi yang diselenggarakan oleh National Paralympic Committee of Indonesia (NPCI) Jawa Tengah.

Selanjutnya, Vitasari berkeinginan untuk berpartisipasi dalam lebih banyak kejuaraan guna terus mengasah keterampilan dan pengalamannya. "Jika memungkinkan, saya ingin ikut Peparnas lagi," ungkap Vitasari dengan senyuman.

Mengembangkan kemampuan

Kemunculan Vitasari ke dunia olahraga tidak terjadi secara tiba-tiba. Hal ini merupakan hasil dari upaya NPCI Jawa Tengah yang secara rutin melakukan pencarian bakat-bakat terpendam di seluruh wilayah mereka.

Menurut Winarno, pelatih para-atletik NPCI Jawa Tengah, bakat Vitasari pertama kali terdeteksi melalui kerjasama antara NPCI dan pihak sekolah.

Sejak tingkat SD, Vitasari telah menempuh pendidikan di sekolah luar biasa (SLB) yang dikelola oleh Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta. Saat ini, ia berada di kelas tiga SMP D YPAC.

NPCI tidak terburu-buru untuk mengikutsertakan Vitasari dalam kompetisi besar. Winarno menjelaskan bahwa mereka ingin atletnya berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Oleh karena itu, Vitasari terlebih dahulu mengikuti kejuaraan pelajar di tingkat provinsi, kemudian nasional, dan kompetisi daerah yang tidak membatasi usia sebelum menuju Peparnas 2024.

"Ketika kami memutuskan untuk mengikutsertakan Vitasari dalam Peparnas, kami memanggilnya ke pelatda (pemusatan latihan daerah)," ungkap Winarno.

Selama enam bulan pelatda tersebut, NPCI Jawa Tengah lebih fokus dalam meningkatkan performa Vitasari.

Setiap hari, Vitasari dan atlet para-atletik lainnya diwajibkan untuk menjalani latihan pada pagi dan sore hari, kecuali pada hari Sabtu yang hanya diadakan pada pagi hari dan hari Minggu libur.

Sesi latihan pagi dimulai pada pukul 06.30 WIB hingga 09.00 WIB, sedangkan latihan sore berlangsung dari pukul 15.30 WIB hingga 17.30 WIB.

Selama pelatihan daerah, seluruh atlet tinggal di akomodasi yang telah ditentukan. Pertemuan dengan orang tua, keluarga, atau kerabat lainnya hanya diperbolehkan pada hari libur atau hari Minggu.

"Selama menjalani proses tersebut, Vitasari hampir tidak pernah mengeluh. Alhamdulillah, kini kualitas larinya semakin baik," ungkap Winarno.

Meskipun demikian, pelatih yang khusus menangani lari jarak pendek untuk para-atletik tersebut menyatakan bahwa selalu ada tantangan dalam melatih atlet dengan disabilitas.

Untuk Vitasari, Winarno dan timnya harus menerapkan metode latihan yang sesuai dengan kondisi atlet yang mengalami cerebral palsy, di mana gerakannya terbatas.

Selanjutnya, program latihan dan fisik perlu diulang secara berkala untuk menemukan sinkronisasi tubuh yang tepat agar kecepatan lari dapat meningkat.

"Contohnya, teknik harus dilatih secara berulang. Jadi, intensitas latihan harus ditingkatkan," jelas Winarno.

Tantangan berikutnya adalah bagaimana menjaga suasana hati para atlet, termasuk Vitasari yang kini memasuki masa remaja.

Oleh karena itu, Winarno menyatakan bahwa ia selalu berusaha menjalin kedekatan dengan atlet dan secara rutin memberikan motivasi agar semangat latihan mereka tetap terjaga.

Untungnya, Vitasari memiliki keluarga dan orang tua yang sangat mendukung aktivitasnya. "Orang tuanya sangat mendukung," kata Winarno.

Vitasari sebagai Intan Baru

Saat ini, Vitasari dapat diibaratkan sebagai intan baru yang perlu diasah secara terus-menerus agar dapat bertransformasi menjadi berlian yang memancarkan keindahan dan cahaya yang menawan.

Pelatihnya di NPCI Jawa Tengah memiliki pandangan yang sama. Di usianya yang masih 15 tahun, Vitasari memiliki potensi yang sangat besar untuk terus berkembang.

Winarno, pelatihnya, tentu berharap agar Vitasari dapat melesat dan mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.

Namun, dia tidak ingin Vitasari bersinar dengan sangat terang hanya untuk kemudian redup selamanya. Oleh karena itu, latihan dilakukan secara konsisten dan pemilihan turnamen untuk atlet perempuan ini dilakukan dengan pertimbangan yang cermat.

Setelah Peparnas 2024, tim pelatih NPCI Jateng belum berencana untuk mengarahkan Vitasari langsung berpartisipasi di ASEAN Para Games 2026 yang akan diadakan di Thailand.

Sebaliknya, NPCI Jateng merencanakan untuk memberangkatkan Vitasari ke Asian Youth Para Games di Uzbekistan, yang dijadwalkan berlangsung dari akhir September hingga awal Oktober 2025.

Turnamen tersebut dianggap sangat sesuai untuk Vitasari, karena dia akan bersaing dengan remaja-remaja dari berbagai negara.


"Vitasari harus menaiki anak tangga satu per satu, secara bertahap. Semoga dia bisa mencapai prestasi seperti Sapto Yogo. Kami mohon doa dari masyarakat," ungkap Winarno.



Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Komentar